MAROS | Faktadetail.com – Pesta Demokrasi Pemilu 2024 telah berjalan, sisa menunggu hasil resminya pemungutan suara yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum ( KPU ). Pesta demokrasi tahun 2024 tampaknya masih kental tentang politik praktis. Hal ini cenderung lebih memihak pada money politik yang sangat mampu memberi keuntungan terhadap pada caleg untuk mengeruk suara alias COD (coblos duit).
Dan sebagian masyarkat yang minim pendidikan politik dan minimnya kesadaran masyarakat tertentu, tampaknya masih terbelenggu pada trauma dipemilihan sebelumnya sehingga lebih memilih jalan pintas menerima kupon putih alias amplop beirisi duit di embatnya sebagai pembalasan dendam dimasa lalu.
Hal tersebut tidak dimunafikkan oleh salah satu sumber yang tidak mau namanya diekspose mengatakan “ada uang ada suara” katanya. “Saya tidak perduli jelek atau buruk yang jelas 5 tahun sekali yang ada uangnya saya pilih Caleg Provinsi Sulsel 2 berinisial I.A”, “Bodo amat” singkatnya, (19/1/24).
Karakter serta dokrinan, akibat janji semu yang tak terealisasi dan trauma amat mendalam mengakibatkan tidak memiliki pemahaman terhadap pentingnya satu suara dalam pemilihan yang berimbas terhadap ketidak pedulian akan suatu restorasi perubahan.
Hal ini menjadi salah satu pemicu praktek KKN, selama 5 tahun kedepan. Karena adapun para aktivis yang masih idealis dianggap menutup mata. Seharusnya melihat ketimpangan yang terjadi, agar kekuatan Money politik yang masih tinggi dapat diminimalisir menuju keppada kesadaran akan perubahan. Hingga sejatinya kemerdekaan hak pilih untuk menjadi kesatria perubahan.
Tampaknya Panwaslu masih ada kecolongan pada temuan money politik tahun 2024, yang seharusnya Panwaslu lah yang harus betanggungjawab.