Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sistem keuangan Indonesia sepanjang kuartal I-2024 terus terjaga di tengah eksalasi tensi geopolitik.
JAKARTA | Faktadetail.com – Gejolak geopolitik, baik di kawasan Benua Biru Eropa maupun di Timur Tengah masih belum memberikan tanda-tanda akan mereda. Bahkan cenderung menjadi semakin eskalatif, yang kontan memberikan ekses bagi ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global.
Pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global, termasuk rambatannya terhadap ekonomi dan sektor keuangan domestik. Bentuk dari kewaspadaan adalah pemerintah, terutama pemangku baik di sektor moneter dan fiskal, adalah dengan selalu melakukan koordinasi melalui sebuah komite bernama Koordinator Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).Pada Jumat (3/5/2024), KSSK menggelar rapat khusus, sebagai respons atas kondisi terkini perekonomian global. Hasil pertemuan pun cukup menebar rasa tentram. Seperti disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, selaku Koordinator Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), sistem keuangan Indonesia sepanjang kuartal I-2024 terus terjaga di tengah eksalasi tensi geopolitik.
Pada kesempatan itu, Sri Mulyani juga menyampaikan terjaganya kondisi tersebut ditopang oleh kondisi fiskal, kebijakan moneter, serta sektor keuangan yang juga stabil. “Stabilitas sistem keuangan indonesia pada kuartal I-2024 ini masih dalam kondisi yang terjaga, yang didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari BI dan sektor keuangan yang stabil,” ujarnya.
Sebagai informasi, anggota KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan (Sri Mulyani Indrawati), Gubernur Bank Indonesia (Perry Warjiyo), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa rampung menggelar rapat berkala kedua, pada 30 April 2024.
Berkaitan dengan pertemuan itu, Menkeu Sri Mulyani menekankan bahwa KSSK berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan global serta gejolak geopolitik yang eskalatif, termasuk rambatannya terhadap ekonomi dan sektor keuangan domestik.
Sejalan dengan stabilitas sistem keuangan yang terjaga, kondisi ekonomi Indonesia pada periode tersebut juga diperkirakan tetap resilien dan terjaga.
“KSSK akan terus melakukan assessment forward looking atas kinerja perekonomian dan sektor keuangan terkini seiring dengan risiko ketidakpastian ekonomi dan keuangan global yang meningkat,” tuturnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati juga sempat membeberkan strategi untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang konsisten berada di atas 5 persen.
Menjaga Tiga Sektor
Menurut Menkeu, ada tiga sektor yang perlu dijaga dan dipastikan keberlangsungannya, yakni pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial. “Namun, pendidikan dan kesehatan menjadi kunci, termasuk, perlindungan sosial bagi masyarakat yang rentan. Kualitas dan kesejahteraan manusianya merupakan salah satu aspek utama yang harus dijaga. Namun, pembangunan infrastruktur tidak boleh terlupa karena merupakan penunjang utama mobilitas dan produktivitas,” ujarnya seperti dikutip dari akun instagramnya @smindrawati, Selasa (30/4/2024).
Sebagai informasi, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2024 akan mampu mencapai 5,17 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Proyeksi Sri Mulyani tersebut hampir mendekati asumsi ekonomi makro untuk pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun, di level 5,2 persen (yoy). “Untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 kami perkirakan tumbuh di 5,17 persen jadi cukup dekat dengan asumsi makro,” tuturnya.
Wajar saja Sri Mulyani masih optimitis ekonomi tetap tumbuh lebih dari 5 persen, sejalan dengan capaian PMI manufaktur Indonesia yang terus ekspansif di tengah tantangan global. PMI Manufaktur Indonesia per Maret 2024 mencapai 54,2. Sementara itu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) terus stabil di level 123,8.
Di samping itu, mandiri spending index masih dalam posisi kuat di 46,9 yang dipengaruhi momen Ramadan dan Idulfitri. Begitu juga dengan kinerja konsumsi listrik untuk bisnis juga tercatat masih positif di 7,5 persen meskipun di industri mengalami kontraksi.
Untuk konsumsi semen, setelah dalam dua bulan terakhir melonjak tinggi pertumbuhannya, pada Maret ini harus terkoreksi sebesar 1,9 persen “Jadi overall konsumen cukup baik. Tapi harus waspada karena beberapa mengalami koreksi. Baik yang sifatnya koreksi karena musiman seperti Ramadan dan hari raya maupun koreksi yang struktural dan jangka panjang,” jelas Sri Mulyani,
Nah, bagaimana kondisi situasi geopolitik global? Tentu pemerintah terus memantau dan mewaspadainya. Pasalnya bila eskalasinya semakin panas, tentu dampak ikutannya bisa memberikan rambatan bagi perekonomian domestik.
Selain eskalasi tensi geopolitik, baik di Benua Biru maupun Timur Tengah, sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang terus menahan tinggi suku bunga acuan untuk waktu yang lama atau higher for longer tentu tetap terus diwaspadai. Artinya, potensi penundaan dimulainya pemangkasan suku bunga oleh The Fed besar sekali, Penundaan pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (FFR), serta tingginya yield US Treasury telah menyebabkan terjadinya arus modal portofolio keluar dari negara berkembang ke AS.
Terlepas dari situasi itu, bangsa ini tetap patut bersyukur. Jaminan pemerintah setelah mereka melakukan rapat KSSK bahwa perekonomian Indonesia, yakni stabilitas sistem keuangan sepanjang kuartal I-2024 tetap terjaga, patut kita syukuri. ( Indonesia.go.id )